Diskon harga diri- Oleh Ahmad DS, Kyai Marketing
Ramai perbincangan tentang IPO ( Initial Public Offering). Seakan semua perusahaan berlomba-lomba masuk bursa saham IDX. Apalagi sekarang ada fasilitas “ pintu samping” untuk UKM yang asetnya dibawah Rp. 50 milyar. Namanya “ Papan Akselerasi”. Pak Presiden Jokowi yang menginisiasikan itu. Meskipun sebenarnya kurang efisien karena kalau asetnya dibawah Rp. 50 milyar, sedangkan biaya tetek bengek IPO dari mulai membayar konsultan IPO, konsultan hukum, perbaikan laporan keuangan, pemindahan semua aset dari pribadi ke atas nama perusahaan PT biayanya di kisaran Rp. 3- 5 milyar.
Pernah sebuah perusahan dealer mobil dan pemegang merek truk asal Eropa yang kantornya di Solo itu, batal IPO karena banyak asetnya tercerai berai atas nama berbagai PT dan berbagai nama pribadi, yang kalau dipindahnamakan semua ke satu PT yang dipersiapkannya untuk IPO memerlukan dana Rp. 20 milyar.
Para pelaku UKM khususnya para ownernya khan jarang yang sekolah tinggi, sampai level MBA. Jadi mudah dibohongi dengan euphoria. Lebih parah lagi bagi yang tidak suka membaca buku dan tak rajin ikut seminar untuk menambah wawasan. Basisnya tentu saja dari “ katanya”.
Katanya, perusahaan A itu lho bisa langsung melunasi hutangnya sekian milyar setelah IPO di bursa, Ditangani sama konsultan IPO X. Wihh owner perusahaan B itu asetnya padahal cuma Rp.10 milyar namun bisa dapat proceed lebih dari Rp. 20 milyar lho. Wihh perusahaan Y itu enak banget, dapat modal kerja dari market buat bikin pabrik dan jaringan distribusi karena IPO tahun lalu lho, dan lain sebagainya .
Memang IPO sendiri ada yang jujur dan benar. Saya sebut IPO Putih. Ada yang agak manipulatif di prospektusnya namun masih legal sesuai dengan SPAK. Saya sebut IPO Abu-abu. Dan yang maling adalah yang IPO hitam, niatnya awal merampok dana dari masyarakat dengan menyajikan prospektus bisnis palsu dan juga laporan keuangan penuh “bedak dan gincu” yang tak masuk diakal.
Perusahaan rugi terus di IPO-kan. Gak masuk akal. Namun faktanya diterima market dengan dalih valuasi digital. Jaman dulu mana ada perusahaan rugi bisa melantai di bursa. Sekarang-sekarang aja sejak muncul perusahaan digital seperti Amazon, Facebook, Apple dll. Mencontoh bursa saham di Amerika. Sesuai prinsip bisnis, tiru atau bergabunglah.
Selama lebih dari 30 tahun berdiri bursa saham Indonesia telah terbukti mampu meningkatkan kekayaan para pemilik perusahaan, namun belum terbukti menyejahterakan investor ritel kecil-kecil rakyat jelata seperti saya. Nano Investor. Kalau Corporate investor enak, networkingnya banyak dan info A1 nya banyak. Apalagi investor Nano yang newbie ini kemampuan membaca laporan keuangannya rendah. Sulit mencari hubungan antara tiap ratio keuangan yang wajar dengan yang manipulatif. Melakukan tracking mana hutang yang sudah dikonversi jadi aset biar kelihatan bagus laporan keuangannya. Mana aset yang dibeli atau dijual sendiri kepada sesama pemegang saham, dll. Mumet kalau gak pernah sekolah bisnis mas, ini bukan ilmu yang bisa didapat di jalan atau smart street wisdom.
Saya pribadi sangat kuatir kalau kawan-kawan UKM ini meng-IPO-khan perusahaan hanya karena mau menarik CASH buat pribadi mereka. Biar kelihatan jadi sultan, untuk beli mobil sport dll. Karena diberitakan informasi yang tidak setara, lengkap, dan koheren oleh para penjaja jasa konsultan IPO yang memang sedang laris belakangan ini. Mereka tidak tahu bahwa apabila dana IPO yang didapatkan tidak digunakan sesuai dengan prospectus, maka 2 tahun lagi bisa masuk penjara Direksinya dann Komisarisnya di kala Auditor menemukan penyelewengan penggunaan dana IPO.
IPO hakikatnya adalah mencari sumber dana untuk mendanai ekspansi bisnis yang menguntungkan. Alternatif dana tidak harus dari IPO, Bisa pinjem papa mama kamu, bisa ngutang ke bank, bisa nerbitin obligasi dll.
Tapi namanya nafsu pengen cepat kaya sich susah di remnya ya, apalagi ada yang ngipasin pake janji-janji dapat fulus cepat dari IPO !
Salam barokah
ADS